Minggu, 14 Juni 2015

Memahami Ruqyah Syar’iyyah VS Ruqyah Syirkiyah

Memahami Ruqyah

Ruqyah atau mantera (jawa : suwuk, jopa-japu) sudah ada sejak sebelum Rosulullah SAW diutus. Keberadaannya dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hanya saja Islam melarang setiap hal yang mendatangkan kerugian dan kesesatan, sekalipun hal itu ‘dibutuhkan’.



Islam menggantikan setiap kebutuhan yang dilarang itu dengan sesuatu yang halal yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan hidup selamanya. Mantera-mantera (Ruqyah) untuk perlindungan atau penyembuhan – baik yang jelas ke-syirik-annya maupun yang samar-samar – adalah suatu yang dilarang, sekalipun ‘seolah-olah’ mendatangkan hasil. Dalam sebuah riwayat shohih diberitakan:

عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟ فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقْيَةِ مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم
“Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya Rosulullah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).

Hadits tentang 70 ribu golongan yang masuk surga tanpa hisab.

Dalam syarh Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud tidak meminta ruqyah dalam hadits ini adalah ruqyah syirkiyah. Adapun ruqyah syari’yyah baik yang meruqyah maupun yang minta diruqyah bukan yang dimaksud dalam hadits ini. Karena bagaimanapun Nabi dan para Sahabatnya juga meruqyah. Bahkan Nabi pun pernah diruqyah oleh Aisyah Ra ketika beliau sakit seperti yang diriwayatkan Imam Al Bukhori dan Muslim.


Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berpendapat bahwa memintakan Ruqyah bagi yg membutuhkannya tidak menyebabkan seorang muslim tidak memperoleh (kesempatan) termasuk 70 ribu orang (yang dijamin masuk surga tanpa hisab) beliaupun – hafizhohullah – berpandangan bahwa “disukai” melakukan pengobatan dari derita penyakit.


Kaidah dalam Ruqyah
Ibn Hajar mengutip pendapat Imam Nawawi rahimahullah: “Ijma’ Ulama sepakat bahwa boleh melakukan Ruqyah dengan memenuhi 3 syarat”:
Pertama, Hendaklah dilakukan dengan kalamullah atau Asamaa dan Sifat-Nya.
Kedua, Hendaklah dengan bahasa arab atau bahasa lain yang dimengerti (yang tidak mengandung kesyirikan).
Ketiga, Berkeyakinan bahwa bukanlah pelaksanaan ruqyah itu semata-mata yang memberi pengaruh tetapi Allah SWT yang memberikannya.


Syubhat-syubhat dalam Ruqyah

 
Jimat dari Al-Quran
Tamimah adalah suatu yang dijahit dan digantungkan yang diyakini dapat menolak penyakit. Tamimah termasuk kesyirikan: “Barangsiapa menggantungkan sesuatu maka sungguh ia telah menyekutukan Allah (HR. Ahmad).


Khodam dari Malaikat
Khadam adalah pembantu, diyakini dapat menjaga dan melindungi dengan ritual tertentu. Khadam malaikat adalah kebohongan (As-Saba’: 40-41).


Melihat bangsa Jin
Melihat jin adalah salah satu bentuk gangguan jin karena pada dasarnya manusia biasa tidak dapat melihat jin (Al-Jinn: 26-27) kecuali didalamnya sudah ada/dibantu oleh jin.


Kerjasama dengan bangsa Jin
Kemampuan memerintah dan menguasai bangsa jin adalah kekhususan yang diberikan kepada Nabi dan Rasul terutama Nabi Sulaiman (Shad: 35). Tidak ada jin yang memberi imbalan tanpa minta imbalan (Al-An’am: 128). Meminta perlindungan dari bangsa jin hanya menambah dosa dan kesalahan (Al-Jin: 6).


Persiapan Ruqyah
Pertama, Niat untuk ruqyah dan sebaiknya dalam keadaan berwudlu, tazkiyyatunnufus (bersihkan diri dari penyakit hati, segala pintu syaitan: riya’, sombong, marah, dengki, sedih, takut, dsb).


Kedua, Bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT atas dosa-dosa (terutama dosa syirik) dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan dari sejak akil baligh. Karena hakekat dari semua musibah yang menimpa kita (termasuk sakit) dikarenakan ulah kita sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ash-Shura ayat 30:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”
Segera meminta maaf kepada kedua orang tua dan orang-orang yang pernah kita sakiti (doakan untuk kebaikan mereka jika sudah wafat).


Ketiga, khlas dan ridho dari segala apa yang Allah SWT berikan dan takdirkan, karena yakin bahwa semua yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita.
Berlapang dada dan memaafkan secara ikhlas terhadap orang-orang yang pernah menyakiti hati kita dan mendzolimi kita, doakan mereka agar diberi hidayah oleh Allah SWT (lupakan dan jangan diingat2 kejelekannya lagi). Dengan musibah ini insya Allah akan menggugurkan dosa-dosa kita, meningkatkan derajat disisi Allah SWT, maka sudah sepatutnyalah kita harus selalu bersyukur kepada-Nya.


Keempat, Pasrahkan kesembuhan sepenuhnya kepada Allah SWT, kuatkan keyakinan kita bahwa hanya Allah SWT yang bisa memberikan kesembuhan (bukan dari peruqyah atau yang lainnya)
Dua modal utama dalam menghadapi gangguan jin, yaitu keimanan dan tawakal kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 99:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya”
Jauhi perbuatan syirik, tinggalkan amalan-amalan bid’ah yang tidak ada tuntunan dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, musnahkan jimat dan benda2 pusaka jika masih disimpan, karena dari situlah pintu masuk gangguan syaitan, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikutnya Surah An-Nahl ayat 100:
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ
“Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”
Lalu membaca dua kalimat Syahadat dan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.


Kelima, Perkokoh pondasi keimanan kita. Buang rasa was-was dan takut dalam menghadapi jin kafir yang mengganggu, yakin bahwa tipu daya syaitan itu sangat lemah, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 76:
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”
Dan akhirnya pasti kebenaran itu akan datang dan kebatilan itu akan lenyap, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra’ ayat 81:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”
Dalam ayat selanjutnya dijelaskan bahwa ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan akan menjadi syifa (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, Surat Al-Isra’ ayat 82:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ
وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Dari Berbagai Sumber) 



Layanan Kesehatan Thibbunnabawi, Ruqyah di Karawang HP WA 085710672071

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...